BAB II
BANGSA YUNANI DAN TOKOH
- TOKOH FILSAFAT
Tiga tokoh filsafat yunani terkenal, yaitu sokrates, plato,
Aristoteles. Ketiganya pernah tinggal di Athena dalam waktu lama, mereka juga
saling mengenal. Sokrates yang paling tua dan plato merupakan muridnya, sekitar
400 SM. Sokrates meninggal pada 399 Sm,
dan plato memulai karyanya dengan menuliskan ajaran sokrates., dan kemudian
berlanjut dengan menuliskan gagasannya sendiri serta membuka sebuah sekolah. Aristoteles
yang lebih muda, belajar di sekolah plato, dan akhirnya ia pun membuka sekolah
sendiri.
Pada massa setelah plato dan
Aristoteles meninggal,pada 200,an SM, tiga mazhab filsafat terkenal muncul di
sekolah- sekolah yang didirikan oleh plato dan Aristoteles.ketiga mazhab ini
adalah stoikisme, skeptisime, dan Epikureanisme. Ketiganya terus bertahan
bahkan hingga masa kekaisaran romawi, hingga akhirnya agama Kristen mulai
mendominasi sekitar 300-an M, dan bahkan setelah masa itu.
A.
Keadaan
dan sifat- sifat yunani
1 Dari segi
geografis
Letak geografis yunani terletak di ujung
selatan semenanjung Balkan, selain di daratan tersebut, wilayahnya juga
meliputi pulau di laut Aegelia. Disebelah utara berbatasan dengan Albania,
Macedonia, Bulgaria dan Turki, di timur adalah laut Aegeia, diselatan adalah
laut tengah dan di barat adalah laut lonia.
Peradapan yunani memang sudah tinggi
karena keadaan geografisnya yang tidak mendukung untuk mencukupi kebutuhan
hidupnya sehingga orang- orang yunani bekerja keras untuk mencukupi kebutuhan
hidup.
2. dari segi politik sosial
Bangsa
yunani selalu menyadari bahwa mereka berlainan dari bangsa- bangsa yang lain,
sehingga mereka bertentangan yunani dengan barbaros,
“barbar” . kata barbaros itu bagi mereka tidak mempunyai arti yang menghina.
Kata itu tidak mutlak perlu menunjukkan seorang biadab. Juga warga-warga
kebudayaan yang besar, seperti mesir atau babylonia, terhitung dalam kaum
barbar.kata barbaros lebih kurang sinonim dengan “asing”. Seorang barbaros adalah
seorang asing yang tidak berbicara
bahasa yunani dan hanya mengeluarkan bunyi-bunyi yang bagi telinga yunani mirip
dengan “bar” “bar” saja. Akan tetapi, kalau seorang yunani mempertentangkan
dirinya dengan orang-orang asing, maka perbedaan bahasa tidak merupakan faktor
yang paling penting. Juga karya-karya kesenian bermutu tinggi yang dapat
dikagumi dalam negerinya, tidaklah cukup untuk membedakan orang yunani dengan
orang asing. Faktor penentu adalah bahwa orang yunani adalah merdeka, sedangkan
orang barbar tidaklah lain dari budak saja.
3. Dari segi kultural
Bangsa yunani adalah bangsa yang
menciptakan filsafat dan ilmu pengetahuan , menghasilkan juga karya-karya seni
yang mengagumkan disegala zaman. Genius yunani yang sama tampak baik dalam
bidang kesenian maupun dalam bidang ilmiah. Juga dalam karya – karya seni yang
dihasilkan oleh bangsa yunani, terdapat suatu sifat yang tidak bisa dinamai
lebih cepat daripada “ suatu rasionalitas yang luar biasa “. Ciptaan – ciptaan
artistic memperlihatkan suatu suasana rasional, karena ditandai oleh
keseimbangan dan keselarasan yang tiada tolok bandingnya dalam sejarah
kesenian. Cirri khas yunani adalah harmoni. Karya – karya seni yunani addalah
sempurna dalam arti bahwa tidak ada sesuatu yang bisa ditambah dan tidak ada
sesuatu yang bisa diambil daripadanya, tanpa merugikan keseluruhannya.
B.
Tokoh – tokoh filsafat yunani
-Thales ( 625 – 545 SM ), thales adalah saudagar
yang banyak berlayar ke negeri mesir, ia juga seorang ahli politik yang
terkenal di Miletos ,saat itu masih ada kesempatan baginya untuk belajar ilmu
matematika dan astronomi.
-
Anaximandros (640 – 647 ), Anaximandros adalah salah satu murid thales , dia
adalah ahli astronomi dan ilmu bumi. Meskipun ia murid thales tapi ia mempunyai
prinsip dasar alam satu akan tetapi bukanlah dari jenis benda alam seperti air
sebagaimana yang dikatakan oleh gurunya. Ia adalah seorang yang cakap dan
cerdas dia tidak mengenal ajaran islam atau yang lainnya.
-
Anaximenes (585 – 494 SM ), prinsip yang merupakan asal usul segala sesuatu
adalah udara. Udara melahirkan semua benda dalam alam semesta ini karena suatu
proses “pemadatan dan pengenceran” . Kalau
udara semakin bertambah maka muncullah
berturut- turut angin, air, tanah dan akhirnya batu.
-
Pythagoras ( 580 – 500 SM ), Pythagoras lahir di pulau samos yang termasuk
dalam kota lonia, dalam kota ini ia mendirikan suatu tarekat yang beragama.
Tarekat yang didirikan Pythagoras ini bersifat religious, mereka menghormati
dewa Apollo.
-
Heraklitons (540 – 480 ), ia lahir dikota Ephesos diasi minor, ia mempunyai
pandangan berbeda dari tokoh – tokoh lainnya,ia memandang api sebagai anasir
yang asal pandangannya semata – mata tidak terikat pada alam luaran, alam
besar, seperti pandangan filosof- filosof miletos. Segala kejadian di dunia ini
serupa dengan api yang tidak putusnya dengan berganti- ganti memakan dan
menghidupi dirinya dirinya, segala permulaan adalah mula dari akhirnya,segala
hidup mula daripada mati. Di dunia ini tidak ada yang tetap,semuanya mengalir.
B.1 Filsafat pra- cokrates
Filsafat pra
Socrates adalah filsafat yang dilahirkan
karena kemenangan akal atas dongeng atau mite- mite yang diterima dari agama
yang memberitahukan tentang asal muasal tentang segala sesuatu.baik dan maupun
manusia para pemikir atau ahli filsafat yang disebut orang bijak yang mencari-
cari jawabannya sebagai akibat terjadinya alam semesta beserta isinya.
Dimana pendekatan yang
rasional demikian menghasilkan suatu
pendapat yang dikontrol, dapat diteliti oleh akal dan dapat diperdebatkan kebenarannya. Para
pemikir filsafat yang pertama hidup dimiletos kira- kira pada abad ke-6 SM,
dimana pada abad tersebut pemikiran mereka disimpulkan dari potongan- potongan
yang diberitakan oleh manusia di kemudian hari
atau zaman. Dan dapat dikatakan bahwa mereka adalah filsafat alam
artinya para ahli fikir yang menjadikan alam yang luas dan penuh keselarasan
yang menjadi sasaran para ahli filsafat tersebut ( objek pemikirannya adalah
manusia ).
Tujuan filosofinya
adalah memikirkan soal alam besar darimana terjadinya alam itulah yang menjadi
sentral persoalan bagi mereka. Pemikiran yang seperti itu merupakan pikiran
yang sangat maju, rasional dan radikal.sebab pada waktu itu kebanyakan orang
menerima begitu saja keadaan alam seperti apa yang dapat ditangkap dengan
indranya, tanpa mempersoalkan lebih jauh. Sedang dilain pihak orang cukup puas
menerima keterangan tentang kejadian alam dari cerita nenek moyang . beberapa
tokoh filsafat yunani para filosof itu tergolong dalam filosof alam. Para
filosof tersebut tidak mempercayai cerita- cerita yang demikian dan
menganggapnya sebagai takhayul yang tidak masuk akal, karena itulah mereka
berusaha untuk mendapatkan tentang inti dasar alam itu dari daya pikirnya
sendiri , maka mereka pantas mendapat sebutan sebagai pemikir yang radikal
karena pemikiran mereka sampai pada akar, dari alam yang dipersoalkan.
C.
Tokoh- tokoh filsafat
klasik
Aristoteles (384 SM – 322 ),banyak
ide- ide aristoteles ini sudah ketinggalan zaman. Tetapi apa yang paling
penting dari apa yang pernah dilakukan Aristoteles adalah pendekatan rasional
yang senantiasa melandasi karyanya.
BAB III
FILSAFAT ABAD
PERTENGAHAN
Filsafat pada abad pertengahan ini ( 479- 1492 M ) juga dikatakan sebagai “abad gelap”,
karena pendapat ini didasarkan pada
pendekatan sejarah gereja. Pada saat itu tindakan gereja sangat membelenggu
kehidupan manusia. Para ahli fikir saat itu tidak tidak lagi memiliki kebebasan
untuk berfikir.apalagi terdapat dengan pemikiran- pemikiran yang bertentangan
dengan ajaran gereja,dan orang yang mengemukakannya akan mendapat hukuman
berat. Pihak gereja diadakannya
penyelidikan berdasar rasio terhadap agama. Yang berhak melaksanakan
penyelidikan terhadap agama adalah pihak gereja, walaupun demikian , ada juga
yang melanggar larangan tersebut dan mereka dianggap orang murtad yang kemudian
diadakan pengejaran( inkuisisi ). Pengejaran terhadap orang- orang murtad ini
mencapai puncaknya pada saat paus innocentius III di akhir XII, dan yang paling
berhasil dalam pengejaran orang- orang murtad ini di spanyol.pada abad
pertengahan ini juga dikatakan sebagai suatu masa yang penuh dengan upaya
menggiring manusia kedalam kehidupan atau sistem yang fanatik, dengan menerima
ajaran gereja secara membabi buta, karena itu perkembangan ilmu pengetahuan
terhambat.filsafat abad pertengahan adalah suatu arah pemikiran yang berbeda
sekali dengan pemikiran dunia kuno, dan menggambarkan suatu zaman yang baru
ditengah- tengah suatu perkumpulan bangsa yang baru , yaitu bangsa eropa barat.
Filsafat yang baru ini disebut skolastik.zaman ini disebut zaman yang khas akan
pemikiran eropa yang berkembang pada
abad tersebut, dan menjadikan suatu kendala yang disesuaikan dengan ajaran
agama.
Abad
pertengahan ini dibagi menjadi dua zaman atau periode yaitu;
1. periode pratistik (100-700), patres yang berarti bapa – bapa gereja
adalah ahli agama Kristen pada abad permulaan agama Kristen.didunia barat agama
katolit mulai tersebar dengan ajarannya tentang tuhan, manusia dan etikanya.
2. periode skolastik (800- 1500 ),
zaman ini dimulai abad ke-9. Para tokoh pada zaman ini adalah para pelajar dari
lingkungan sekolah kerajaan dan sekolah katedral yang didirikan oleh raja karel
Agung(742-814) dan kelak juga dari lingkungan universitas dan ordo- ordo
biarawan.
A. Masa keraguan
Zaman modern dalam sejarah filsafat
biasanya dimulai oleh filsafat Discartes.kata modern disini hanya digunakan
untuk menunjukkan suatu suatu filsafat yang mempunyai corak yang amat berbeda,
bahkan berlawanan, dengan corak pada abad pertengahan Kristen. Corak utama
filsafat modern yang dimaksud disini adalah dianutnya kembali rasionalisme
seperti pada masa yunani kuno. Gagasan itu, disertai oleh argument yang kuat,
diajukan oleh Descartes. Apa yang lahir kembali itu? Ya, rasionalisme yunani
itu. Yang harus diamati disini adalah apakah konsekuensi rasionalisme pada masa yunani akan terulang
kembali.
Descartes
dianggap sebagai bapak filsafat modern.
Menurut Bertrand Russel ,
anggapan itu memang benar. Kata Bapak diberikan kepada Descartes karena dialah
yang pertama pada zaman modern itu yang membangun filsafat yang berdiri atas
keyakinan diri sendiri yang dihasilkan oleh pengetahuan aqliyah. Dialah orang
pertama diakhir abad pertengahan itu yang menyusun argumentasi yang kuat, bukan
perasaan , bukan iman, bukan ayat suci, bukan yang lainnya.
Menurut catatan, Descartes adalah orang
inggris. Ayahnya anggota parlemen inggris. Pada tahun 1612 descartes pergi ke
Francis. Dia taat mengerjakan ibadah menurut ajaran agama katholik, tetapi dia
juga menganut Galileo yang pada masa itu masih ditentang oleh tokoh-tokoh
gereja. Dari tahun 1629 sampai 1649 ia menetap di belanda.
Pengaruh
keimanan yang begitu kuat pada abad pertengahan, yang tergambar dalam ungkapan credo ut intelligam
itu, telah membuat para pemikir takut mengemukakan pemikiran yang berbeda dengan
pendapat tokoh gereja. Apakah ada filosof yang berani mampu menyelamatkan
filsafat yang dicengkram oleh iman abad pertengahan itu? Ada. Tokoh itu adlah
Descartes.
Descartes telah lama merasa tidak puas
terhadap perkembangan filsafat yang amat lamban dan banyak memakan korban itu.
Amat lamban terutama bila dibandingan dengan perkembangan filsafat pada zaman
sebbelumnya. Dia melihat tokoh-tokoh gereja yang mengatas namakan agama telah
menyebabkan lambannya perkembangan itu. Dia ingin filsafat dilepaskan dari
dominasi agama Kristen. Dia ingin filsafat dikembalikan kepada semngat filsafat
yunani, yaitu filsafat pada akal. Dia ingin menghidupkan kembali Rasionalisme
yunani.
Descartes lahir pada tahun 1596 dan
meninggal pada tahun 1650. Bukunya yang terpenting dalam filsafat murni ialah
discours de la method (1637) dan meditation (1642). Kedua buku ini saling melengkapi
satu sama lain. Didalam kedua buku inilah dia menuangkan metodenya yang
terkenal itu, metode keraguan Descartes (Cartesian doubt). Metode ini sering
disebut cogito Descartes atau metode cogito saja.
Dia mengetahui bahwa tidak mudah
meyakinkan tokoh-tokoh gereja bahwa
dasar filsafat haruslah rasio (akal). Tokoh-tokoh gereja itu tetap yakin bahwa
dasar filsafat haruslah iman sebagaimana tersirat dalam jargon credout
intelegian dari anselmus itu. Untuk meyakinkan orang bahwa dasar filsafat
haruslah akal, dia menyusun argumentasi yang amat terkenal. Argumentasi
tersebut tertuang didalam metode cegito tersebut.
Untuk menemukan basis yang kuat dalam
bagi filsafat,Descartes meragukan (lebih dahulu) segala sesuatu yang diragukan
. mula-mula dia mencoba meragukan semua apa yang dapat di indera, objek yang
sebenarnya tidak mungkin diragukan. Inilah langkah pertama metode cegito
tersebut. Dia meragukan adanya badaniah sendiri . keraguan itu menjadi mungkin
karena pada pengalaman mimpi, halusinasi, ilusi, dan juga pada pengalaman
dengan roh halus ada yang sebenarnya ada yang tidak jelas pada keempat keadaan
itu seseorang dapat mengalami sesuatu seolah-olah dalam keadaan yang
sesungguhnya didalam mimpi-mimpi seolah-olah seorang mengalami sesuatu yang
sungguh-sungguh terjadi, persisseperrti tidak mimpi (jaga). Begitu pula pada
pengalaman halusinasi, ilusi, dan kenyataan ghaib. Tidak ada batas yang tegas
antara mimpi dan jaga. Oleh karena itu, Descartes berkata, “aku dapat meragukan
bahwa aku duduk disini dalam pakaian siap untuk keluar : ya, aku dapat
meragukan itu karena kadang-kadang aku bermimpi sama persis seperti itu,
padahal aku ada ditempat tidur, sedang mimpi.” Tidak ada batas yang tegas
antara mimpi ( sedang mimpi) dan jaga. Tatkala bermimpi, rasa-rasanya seperti bukan
mimpi. Siapa yang dapat menjamin kejadian-kejadian waktu jaga ( yang kita
katakana sebagai jaga ini) sebagaimana
kita alami ini adalah kejadian-kejadian yang sebenarnya, jadi bukan mimpi?
Tidak ada perbedaan yang jelas antara mimpi dan jaga.
Benda-benda dalam halusinasi dan ilusi
juga membawa kita dalam pertanyaan : yang mana sesungguhnya yang benar- benar
ada, yang sungguh- sungguh asli ? benda-
benda dalam mimpi , halusinasi, ilusi, dan kejadian dengan roh halus itu, bila
dilihat dari posisi kita sedang jaga,
itu tidak ada. Akan tetapi, benda- benda itu sungguh- sungguh ada bila dilihat
dari posisi kita dalam mimpi, halusinasi, ilusi, dan roh halus. Dalam mimpi
kita melihat dan mengalami benda- benda itu : adakah beda yang tegas antara
mimpi dan jaga ? begitulah jalan pemikiran dalam metode cogito.
Pada langkah pertama ini discartes
berhasil meragukan benda yang dapat diinderakan. Apa sekarang yang dapat
dipercaya , yang sungguh- sungguh ada ? menurut Descartes, dalam keempat
keadaan itu(mimpi, halusinasi, ilusi, roh halus ), juga dalam jaga ada sesuatu
yang selalu muncul. Baik dalam jaga maupun dalam mimpi. Yang selalu muncul itu
adalah gerak , jumlah, dan besaran ( volume) pada tahap kedua ini Descartes
mengajak kita berpendapat bahwa yang tiga inilah yang lebih ada daripada benda-
benda. Ketiga macam inilah lebih menyakinkan adanya. Mungkin ketiga inilah yang
mungkin benar- benar ada.untuk menyakini kalau ( gerak, Jumlah, besaran ) benar- benar ada descater melakukan
pengujian dan diapun meragukannya. yang tiga macam itu adalah matematika.
Katanya matematika dapat salah.
Saya sering menjumlah (angka),
salah mengukur (besaran), juga demikian pada gerak. Jadi ilmu pastipun juga
dapat saya ragukan. ilmu pasti lebih pasti daripada benda, tetapi saya masih
dapat meragukannya. Jadi benda dan ilmu pasti diragukan, kalau begitu , aku
ingin yang pasti , yang distinct. Sampailah dia sekarang dalam langkah ke-3
metode cogito.
Masih ada satu yang tidak aku ragukan ,
ddemikian katanya, bahkan tak ada syetan pun yang dapat mengganggu dan tak
seorang skeptis pun dapat meragukannya yaitu saya sedang ragu. Jelas sekali
saya sedang ragu. Begitu distinct sedang saya sedang ragu boleh saja badan saya
ini saya ragukan adanya. Hanya banyangan, misalnya atau seperti dalam mimpi,
tetapi mengenai, “ saya sedang ragu” benar- benar tidak dapat diragukan adanya.
Aku yang sedang ragu itu disebabkan oleh aku berfikir ada, berarti aku ada sebab
yang berfikir itu aku. Cogito ergo sum, aku berfikir, jadi aku ada.jadi
kesimpulan metode Descartes yaitu “benda
inderawi tidak ada gerak, jumlah besaran, (ilmu pasti) tidak ada saya ragu, dan
saya ragu karena saya berfikir, jadi, saya berfikir ada.descartes telah
menemukan dasar (basis) bagi
filsafatnya. Basis itu bukan filsafat plato, bukan filsafat abad pertengahan,
bukan agama atau yang lainnya. Fondasi itu adalah aku yang berfikir. pemikiranku
itulah yang pantas dijadikan daftar filsafat karena aku yang berfikir itulah
yang bener- bener ada, tidak diragukan, bukan kamu atau pemikiranmu.descartes
memulai filsafat dari metode, metode keraguan ini bukanlah tujuannya,. Tujuan
metode ini bukanlah mempertahankan keraguan. Sebaliknya , metode ini bergerak
dari keraguan menuju kepastian.keraguan descertes hanya ditunjukkan untuk
menjelaskan perbedaan sesuatu yang dapat diragukan dari sesuatu yang tidak
dapat diragukan.ia sendiri tidak pernah
meragukan bahwa ia mampu menemukan kenyakinan yang berada dibalik keraguan itu,
dan menggunakannya untuk membuktikan sesuatu kepastian dibalik sesuatu.
B. Empirisme jonlock,
david hume dan Herbert spencer
Empirisme diambil dari bahasa
yunani empiria yang berarti coba-
coba atau pengalaman. Sebagai doktrin, empirisme adalah lawan rasionalisme,
oleh karena itu adanya kemajuan ilmu pengetahuan dapat dirasakan manfaatnya,
maka pandangan terhadap filsafat mulai merosot. Ilmu pengetahuan besar sekali
pengaruhnya bagi kehidupan.kemudian beranggapan
bahwa pengetahuan yang bermanfaat, pasti dan benar hanya diperoleh lewat
indera ( empiri ), dan empirilah satu- satunya sumber,dan lahirlah yang namanya
Empirisme. Empirisme adalah salah
satu aliran yang menekankan peranan pengalaman dalam memperoleh pengetahuan
serta pengetahuan itu sendiri, dan mengecilkan peranan akal.
Empirisme berpendirian bahwa semua
pengetahuan diperoleh lewat indra. Indra memperoleh kesan- kesan dari alam
nyata, untuk kemudian kesan- kesan tersebut berkumpul dalam diri manusia,
sehingga menjadi pengalaman.
2
ciri pokok Empirisme yaitu mengenai makna dan teori tentang pengetahuan, yaitu;
1. Filsafat Empirisme
tentang teori makna, teori makna dan empirisme selalu harus dipahami lewat penafsiran pengalaman. Jiwa dapat dipahami sebagai gelombang
pengalaman kesadaran,materi sebagai pola jumlah yang dapat di indra
dan dihubungkan kualitas sebagai peristiwa urutan yang sama.
2. Filsafat Empirisme tentang
teori pengetahuan , menurut orang rasionalis ada beberapa kebenaran umum
seperti setiap kejadian tentu mempunyai sebab, dan kebenaran- kebenaran
itu benar dengan sendirinya.
Empirisme
Menurut beberapa tokoh:
1. Jhon
locke (1632- 1704)
Ia dilahirkan di wrington, dekat Bristol
inggris. Disamping itu sebagai ahli hukum, ia menyukai filsafat dan teologi,
mendalami ilmu kedokteran dan kimia.ia
menentang teori rasionalisme, menurutnya segala pengetahuan dating dari
pengalaman dan tidak lebih dari itu. Akal bersifat pasif saat pengetahuan didapatnya. Akal tidak
mendapatkan pengetahuan dari pengetahuan dari dirinya sendiri diibaratkan ia
adalah selembar kertas putih yang diberi warna oleh berbagai pengalaman.dalam penelitiannya jhon locke
menggunakan istilah sensation dan reflection. Sensation (pengalaman
lahiriah ) adalah sesuatu yang dapat berhubungan dengan dunia luar. Sedangkan reflection (pengalaman batiniah)
pengenalan intuitif yang memberikan pengetahuan kepada manusia tentang kondisi
psikis diri kita sendiri. Tiap- tiap pengetahuan manusia terdiri dari sensation dan reflection. Tidak ada
sesuatu dalam jiwa yang dibawa sejak lahir, melainkan pengalaman lah yang
membentuk jiwa seseorang.dalam bukunya ,Essay
concerming Human Understanding( 1689) ditulis berdasarkan satu premix yaitu
semua pengetahuan dating dari pengetahuan. Ini berarti tidak ada yang dijadikan
ide untuk konsep tentang sesuatu yang ada dibelakang pengalaman tidak ad aide
yang diturunkan seperti yang diajarkan plato.dengan kata lain locke
menolak adanya innate ide; adequate idea
dari Spinoza, truth of reason dari
leibeninz, semuanya ditolaknya. Yang innate( bawaan) itu tidak ada, Dengan argumennya sebagai berikut;
1. Innate
dan argumenya itu sebenarnya tidaklah mungkin diakuai dan sekali juga diakaui
adanya.bukti- bukti yang mengatakan ada innate ide justru dijadikan alas an
untuk mengatakan ia tidak ada.
2. Tidak
juga dicetakan (distempelkan ) pada jiwa sebab pada anak idiot, ide yang innate
itu tidak ada padahal anak normal dan anak- anak idiot Empirisme berpendirian
bahwa hakikat pengetahuan adalah berupa pengalaman, david home termasuk dalam
aliran empirisme radikal menyatakan, bahwa ide- ide dapat dikembalikan pada
sensasi- sensasi (ransangan indra).
2. Herbet
spencer ( 1820- 1903 M)
Tokoh ini
berpusat pada teori evolusi. Sembilan tahun sebelum terbitnya karya Darwin yang terkenal . the origin of specikes (1859 M). Spencer sudah menerbitkan bukunya
tentang teori evolusi. Empirisme sangat terlihat jelas dalam filsafat
tentang the great unkwable (fenomena-
fenomena atau gejala-gejala). Memang besar dibelakang gejala- gejala itu ada
suatu dasar absolute, tetapi yang absolute itu tidak dapat kita kenal. Secara
prinsip pengenalan kita hanya menyangkut
relasi- relasi antar gejala- gejala,yang dibelakang gejala- gejala ada sesuatu
yang disebut yang tidak diketahui.
C.
Aristoteles,
tak ada subtansi dalam realitas
Substansi adalah gagasan utama dari aristoteles.
Lawan substansi
adalah aksidensi, relasi atau hubungan substansi dan aksidensi adalah sebagai
berikut :
Substansi adalah
merupakan sesuatu yang mendasari suatu hal, sedang aksidensi adalah sesuatu
yang menampakkan diri. Aksidensi dapat berubah tanpa mengakibatkan perubahan
substansi. Substansi dapat dikatakan sebagai sesuatu yang mendasari aksidensi.
Dengan kata lain substansi adalah sesuatu yang tetap yang mendasari yang berubah- ubah.
Misalnya, meja
adalah tetap meskipun terbuat dari kayu atau besi. Kayu dan besi addalah
aksiden, sedang meja adalah substansi
Apakah ia
gagasan particular atau majemuk ?
Substansi
terdiri dari gagasan :
ü Sesuatu
yang tetap
ü Sesuatu
yang berubah- ubah
Berarti
substansi merupakan gagasan majemuk .
Gagasan
tersebut berdiri atas kesan apa ?
Substansi
terdiri dari gagasan :
ü Sesuatu
yang tetap
ü Sesuatu
yang berubah-ubah
Sesuatu yang tetap contohnya meja,
sesuatu yang berubah- ubah contohnya kayu dan besi. Sesuatau yang tetap menurut
aristoteles bisa disimbolkan dari pengamatan kita dari sesuatu yang berubah-
ubah. Artinya, gagasan tentang meja disimpulkan dari pengamatan kita terhadap
meja, kayu, dan meja besi. Walaupun terbuat dari bahan yang berbeda tetap dapat
disebut meja. Sesuatu yang tetap itu disebut substansi.
Dari uraian aristoteles itu, dapat kita simpulkan bahwa yang ditangkap
indera sebenarnya adalah sesuatu yang berubah- ubah itu, sedangkan sesuatu yang
tetap tidak pernah ditangkap oleh indera. Artinya kesan terhadap substansi
tidak pernah ada dengan demikian substansi tidak pernah ada. Substansi merupakan gagasan yang tidak
bertanggung jawab
Gagasan mengenai ego
Pembicaraan ego bisa dimulai dari
pernyataan diskartes “ saya berfikir, maka saya ada. Menurut diskartes saya
itulah yang dimaksud ego. Substansi yang tetap ada dalam tubuh manusia
dimanapun dan kapanpun, ego dianggap sebagai penggerak seluruh aktivitas
manusia. Ego itu secara mutlak adalah saya yang berfikir
Apakah ego gagasan partikula atau majemuk
? saya tidak serta- merta berfikir , kadang- kadang saya juga melihat, ssaya
juga mendengar dan lain- lain. Dengan demikian saya adalah gagasan majemuk.
Ego berdiri atas kesan apa ? jika ego merupakan
gagasan tunggal seperti yang dikatakan diskartes, semuanya tidak pernah kita
rasakan. Kesimpulannya, ego yang digagas diskartes itu tidak terbukti dalam
pengalaman. Gagasan tunggal seperti itu tidak pernah ada ( omong kosong ).
D.
Kausalitas
? tak ada tuh
Dapat
dikatakan, dengan ditemukannya fenomena kemunculan manusia dipermukaan bumi,
pada saat itu pula muncul pertanyaan “mengapa?”, prioritas dari kata Tanya
terletak pada prioritas insan.diantara persoalan filsafat adalah masalah
deduktif yang memiliki usia panjang dan prioritas yang mengakar , dan juga menempati
urutan pertama kebingungan yang muncul dalam pemikiran manusia.
Pertanyaan
tentang sebab diri dan benda- benda lain, merupakan polemik teramai yang menggasak mental insane sejak
kemunculannya dan senantiasa memposisikan dirinya sebagai pertanyaan yang
paling mengakar ketika dihadapkan dengan pemikiran para filosof dan hukama.
Dalam kitab”Tarikh falsafah” , kita
jumpai para ilmuwan pertama yunani yang terkenal sebagai para filosof iyuni –
sampai pada kesimpulan bahwa mereka telah berhasil menemukan unsur pertama atau
maddat al-mawad dari semua benda- benda semesta. Dengan demikian harus
dikatakan bahwa filsafat telah dimulai dengan persoalan kausalitas dimana
perenungan dan kontemplasi manusia sama sekali tidak akan pernah terpisah dari persoalan ini.dengan kata lain,
masalah kausalitas bukanlah sebuah dilemma yang dituju oleh manusia, melainkan
kausalitaslah yang berjalan menuju kepada manusia dan dia telah membebankan dirinya atas
manusia, memenuhi semua pemikiran manusia dan menyibukkan semua kontemplasi dan
perenungannya. Tentu saja dengan sebuah kata “mengapa” atau “apakah” kita bisa
bertanya untuk setiap kalimat yang ada
dan untuk segala hal yang kita temukan , akan tetapi kita sangat paham bahwa
semua pertanyaan tersebut bukanlah
“pertanyaan” kita dan tidak
pernah mengusik perenungan dan jiwa kita, tidak pernah mengekang kita dan
kitapun tidak pernah bersitegang dengannya. Misalnya satu hingga dua jam untuk
merenungkan masalah sebab pertama (the first cause).persoalan kausalitas dari
dulu hingga sekarang bahkan hingga masa yang akan datang merupakan sebuah
pencipta kebingungan.
Definisi “sebab” dan “akibat”,kedua
persepsi ini merupakan bagian dari akal kedua filsafat yang merupakan penjelas
metode wujud, dan yang diperoleh dengan kontemplasi dan usaha keras otak.
Dengan istilah lain media aksidensi mereka adalah pikiran dan media
karakteristik mereka adalah objek luar.dari sini karena kedua objek tersebut
tidak dalam satu katagori dan tidak termasuk pula dalam mahiyat (esensi,
keapaan), telah menyebabkan tidak mempunyai definisi yang hakiki dan logis,dan
apa yang didefinikan dalam kitab filsafat tentang keduanya hanyalah merupakan
syarhul- lafdzi (penjelas kata) saja.
Apabila
kita membandingkan dua wujud A dan B dan kita melihat bahwa wujud A berada dalam posisi dimana apabila ia eksis maka
wujud B pun akan menjadi eksis. Dan selama A tidak eksis maka B pun juga tidak
eksis. Dan wujud B merupakan manifestasi penjelas yang bergantung dan berkaitan
erat dengan wujud A.maka dalam kondisi
ini kita mengatakan bahwa A adalah sebabnya B, dan B adalah akibat dari
A.kaidah kausalitas berdiri diatas eksperimen internal atau batin dan bukan
eksperimen inderawi /fisik. Eksperimen – eksperimen inderawi, “keberulangan
fenomena” senantiasa merupakan syarat . tetapi dalam eksperimen batin ,
merupakan syarat. Dan kewujudan sebuah kasus telah mampu menjadi sumber
abstraksi dari persepsi sebab dan akibat. Dengan alas an ini, kaidah kausalitas
tidak bisa dimaknakan dengan “eksperimen” dalam makna idiomnya. Hal ini
dikarenakan dia bukan benda fisik dan tidak pula membutuhkan pengulangan.
Prinsip kausalitas meliputi semua
bentuk eksistensi yang ke universalannya
mencangkup semua alam wujud, sehingga masalah kausalitas dan pembagian wujud
dalam bagian sebab dan akibat merupakan salah satu masalah yang menduduki
posisi pertama dalam filsafat.
Persoalan kausalitas merupakan dasar
seluruh ilmu dan obyektifitas. Tak ada satupun dari alim dan pemikir yang berfikir kecuali dikarenakan dia
mengetahui bahwa perolehan hakikat merupakan akibat dari tafakkur, kontemplasi
dan konsentrasi. Filosof Ilahi dan materi keduanya sama-sama dalam prinsip
adanya pemula untuk alam ini, hanya saja perbedaanya terletak pada poin
berikut, bahwa menurut filosofi Ilahi ,
pemula akibat tersebut adalah sebuah eksistensi yang mempunyai kecerdasan dan
persepsi. Sedangkan menurut filosofi Materialis, pemula alam adalah materi yang
tidak mempunyai kecerdasan dan persepsi. Akhirnya, anda sendirilah yang haris
menentukan, manakah dari kedua diskursus lebih bisa diterima dan lebih rasional
perkataanya.
E.
Teori
pengetahuan
Dalam
ilmu pengetahuan bangsa romawi bukanlah pencipta iteori- teori, tetapi
pelaksanaan teori yang telah ada sejak zaman yunani. Dengan ini mata rantai
seakan- akan putus dalam perkembangan ilmu pengetahuan menjadi tumbuh kembali.
Bila sarjana yunani adalah ahli teori, maka sarjana romawi adalah ahli
praktek.muncul berbagai disiplin ilmu,seperti matematika( euklides), fisika(
Archimedes),astronomi( aristrakus), geografi(erastisfene).
Ada
dua macam pengetahuan yang dikemukakan oleh plato. Pengetahuan yang pertama
adalah pengetahuan yang diperoleh melalui pengalaman atau indera(pengetahuan
pengalaman) dan yang kedua adalah
pengetahuan yang diperoleh melalui akal (pengetahuan akal). Plato
membandingkan kedua pengetahuan tersebut dan mempertimbangkan diatara keduanya
mana yang benar.
Plato
menerangkan bahwa manusia sesungguhnya berada dua dunia, yaitu dunia itu (ideal
form) yang bersifat tetap, hanya satu macam dan tidak berubah dan dunia fisik
(matter). Atau dunia pengalaman yang bersifat tidak tetap. Sebagai contoh
banyak terdapat segitiga yang bentuknya berlainan menurut pengetahuan
indera atau pengalaman. Tetapi dalam
idea tau pikiran, bentuk segitiga tersebut hanya satu dan tetap dan ini menurut
pengetahuan akal.
Bertenz
(1999) menjuruskan dunia ideal form pada istilah ‘pengenalan ‘ tentang ide-ide.
Pengenalan ide-ide inilah yang merupakan pengenalan yang sesungguhnya yang dinamakan plato episteme atau pengetahuan(knowledge). Obyek yang dituju oleh
pengetahuan atau pengenalan ini bersifat teguh, jelas dan tidak berubah. Untuk mencapai
pengetahuan ini dibutuhkan rasio. Pengetahuan yang dicapai oleh rasio inilah
yang dipraktekkan didalam ilmu pengetahuan .jika dihubungkan dengan dunia fisik
atau dunia pengalaman, maka pengetahuan inilah yang harus memengaruhi yang
fisik atau pengalaman, bukan sebaliknya.
Tujuan pengetahuan menurut plato
bisa dilihat dari mitos plato yang sudah masyur sekali tentang penunggu-penunggu gua yang termuat
dalam dialoge politea. Manusia dapat dibandingkan dengan orang-orang tahanan
yang sejak lahir terbelenggu dalam gua, dibelakang mereka ada api yang bernyala. Beberapa orang budak
belian mondar- mandir didepan api itu, sambil memikul bermacam- macam benda .
hal itu mengakibatkan rupa- rupa bayangan yang dipantulkan pada dinding
gua.karenanya orang tahanan itu menyangka bahwa bayang-bayang itu realitas yang sebenarnya. Namun sesudah
beberapa waktu satu orang dilepaskan. Ia melihat sebelah belakang gua dan api
yang disitu.ia sudah memperkirakan bahwa bayang tidak merupakan realitas yang
sebenarnya.lalu ia dihantar keluar gua dan melihat matahari yang menyilaukan matanya. Mula-mula ia
berfikir ia sudah meninggalkan realitas. Tetapi berangsur- angsur mengisafi
bahwa itulah realitas yang sebenarnya dan bahwa dahulu ia belum pernah
memandangnya. Pada akhirnya ia kembali kedalam gua dan bercerita kepada
teman-temannya bahwa realitas sebenarnya
melainkan hanya bayang-banyang saja.namun mereka tidak mempercayai orang itu
dan seandainya mereka tidak terbelenggu, maka mereka pasti akan membunuh setiap
orang yang mau melepaskan mereka dari gua (dengan sebutan terakhir ini
dikiaskan kematian Socrates).
Mitos
ini dimengerti sebagai berikut : dua tadi ialah dunia yang disajikan pada panca
indera kita.kebanyakan orang dapat dibandingkan dengan orang tahanan yang terbelenggu
: mereka menerima pengalamna sepontan
begitu saja. Tetapi ada beberapa orang yang mulai memperkirakan bahwa realitas
inderawi tidak lain dari pada bayang-bayang saja : merekalah filosof. Mula-mula
mereka merasa heran sekali , tetapi berangsur-angsur mereka menemukan ide “
yang baik” (matahari) sebagei realitas tertinggi Untuk mencapai kebenaran, yang
perlu ialah suatu pendidikan : harus diadakan suatu usaha khusus untuk
melepaskan diri dari panca indera yang menyesatkan.tetapi, sebagai mana terjadi
dalam mitos, filsof pun tidak akan dipercayai orang.
Mitos
tersebut sebenarnya berbicara mengenai perbedaan mendasar antara dua hal yang
dikemukakan plato, yaitu:
a. Apa yang dapat diindera dengan apa
yang hanya ditangkap oleh logika
b. Dunia indera atau dunia fisik ( matter ) dengan dunia
ide(idea)
tiga gambaran yang diungkapkan
dalam mitos maupun divided line yang
telah digambarkan diatas, yaitu : matahari,
garis) dan gua pembatas( devided line),
dan gua dapat dijelaskan melalui relasi antara ide”
yang baik” teerhadap dunia ide yang dapat dimengerti atau terhadap indera. Ide”
yang baik” memberikan kebenaran kepada obyek- obyek dan memberikan kemampuan
untuk mengetahui kepada orang yang menangkap kebenaran dari obyek- obyek
tersebut. Ini adalah natur esensial dari kebaikan yang menyebabkan kebenaran
dan pengetahuan akan kebenaran.
Ide”
yang baik “ menurut plato tidak sama dengan kebenaran maupun pengetahuan akan
kebenaran lebih dari cahaya dan penglihatan yang identik dengan matahari. Ini
memberikan plato konsep trinitas yang dikenal yaitu : yang benar, yang baik dan
yang indah. ‘ yang baik ‘ dibutuhkan untuk kebenaran, yaitu yang memberikan
obyek kebenarannya ‘yang baik’ juga memberikan daya penglihatan kepada
kepandaian, dan pengetahuan akan kebenaran mengisi kita dengan keindahan .
itulah persamaan antara kebenaran dari obyek-obyek, pengetahuan akan kebenaran,
dan’ yang baik ‘, akan tetapi ketiganya tidak sama ( allen and sprinted, 1989,
p. 28) jadi hal penting yang disampaikan plato dari cerita ini adalah
seseorang dikatakan memperoleh
pengetahuan jika ia menemukan ide ‘ yang baik ‘ itu.
No comments:
Post a Comment
mari berkomentar agar artikel atau yang lain selalu lebih baik