BAB I
PENDAHULUAN
A.
LATAR BELAKANG
Pada umumnya remaja didefinisikan sebagai masa
peralihan antara masa anak dan masa dewasa yang berjalan antara umur 12 tahun
sampai 21 tahun. Setiap tahap perkembangan manusia biasanya dibarengi dengan
berbagai tuntutan psikologis yang harus dipenuhi, demikian pula pada masa
remaja. Sebagian besar pakar psikologi setuju, bahwa jika berbagai tuntutan
psikologis yang muncul pada tahap perkembangan manusia tidak berhasil dipenuhi,
maka akan muncul dampak yang secara signifikan dapat menghambat kematangan
psikologisnya di tahap-tahap yang lebih lanjut.
Dalam makalah yang kami buat ini kami membahas tentang
karatteristik perkembangan peserta didik pada masa remaja dilihat dari aspek
perkembangan fisik, perkembangan kognitif, perkembangan moral, perkembangan
social dan masih banyak lagi.
B.
RUMUSAN MASALAH
1.
Apa yang dimaksud psikologi
perkembangan anak ?
2.
Apa saja keunikan pada
anak ?
3.
Apa yang dimaksud remaja ?
4.
Apa saja karakteristik
perkembangan pada masa remaja?
C.
TUJUAN
Adapun
tujuan kami dalam penulisan makalah ini adalah;
1. Sebagai
salah satu tugas presentasi mata kuliah Psikologi Perkembangan.
2. Menambah
pengetahuan tentang karakteristik perkembangan setiap anak
3. Memahami
tentang keunikan anak.
4. Bertukar
pendapat tentang perkembangan anak.
BAB II
PEMBAHASAN
A. PSIKOLOGI PERKEMBANGAN ANAK
Salah satu tingkat peradaban tertinggi yang dimiliki oleh
manusia adalah bahasa. Bahasa menjadi identitas individu dan merupakan sarana
penting untuk berkomunikasi antar-manusia. Berbahasa merupakan proses yang
kompleks dan berkembang melalui tahap-tahap tertentu dalam usia manusia. Proses
manusia dalam berbahasa telah dimulai sejak masih menjadi seorang bayi. Dalam
tahap tersebut komunikasi dijalin melalui isyarat-isyarat seperti gerakan
tangan, kaki, tangisan dan ekspresi wajah tanpa menggunakan bahasa sehingga
masa ini disebut sebagai masa prabahasa pada bayi. Proses yang terjadi dalam
masa prabahasa bayi mempengaruhi kemampuan bayi untuk berbahasa pada usia-usia
selanjutnya. Optimalisasi dalam masa prabahasa melalui peran orangtua dalam
menanggapi komunikasi bayi sehingga bayi senantiasa memiliki stimulus untuk
mengembangkan kemampuan berbicaranya karena ada rangsangan pada otak yang
bertanggungjawab dalam kemambuan bahasa. Disamping itu, peran orangtua dengan
menggunakan bahasa isyarat terhadap bayi mampu mengoptimalkan perkembangan
bicara dan bahasa pada bayi.
Akan
tetapi dalam kenyataannya orangtua kurang menyadari pentingnya optimalisasi
dalam masa prabahasa serta peran lingkungan sekitar bayi termasuk orangtua dan
orang-orang yang tinggal disekitar bayi dalam mendukung kemampuan berbahasa
bayi pada usia-usia selanjutnya. Orang-orang disekitar bayi enggan melakukan
terlalu banyak interaksi dan komunikasi serta tidak mengajarkan bahasa isyarat
sehingga bayi tidak mendapatkan stimulus untuk mendukung perkembangan otaknya
dan pada akhirnya kemampuan berbahasa pada bayi terhambat.
Berdasarkan
hal tersebut, penulis melakukan studi lebih lanjut mengenai masa prabahasa bayi
serta pentingnya peran orangtua dalam masa tersebut untuk mendukung
perkembangan kemampuan berbahasa anak pada tahap berikutnya agar anak tidak
mengalami keterlambatan dalam berbicara mengingat masa prabahasa merupakan masa
penting dalam perkembangan bahasa dan bicara.
Tahapan
Perkembangan Bahasa Pada Anak secara Umum:
- Reflexsive Vocalization
Jadi, bayi menangis bukan karena ia memang ingin menangis
tetapi hal tersebut dilakukan tanpa ia sadari.
- Babling
Pada usia lebih dari 3 minggu,
ketika bayi merasa lapar atau tidak nyaman ia akan mengeluarkan suara tangisan.
Berbeda dengan sebelumnya, tangisan yang dikeluarkan telah dapat dibedakan
sesuai dengan keinginan atau perasaan si bayi.
- Lalling
Di usia 3 minggu sampai 2 bulan mulai terdengar suara-suara
namun belum jelas. Bayi mulai dapat mendengar pada usia 2 s/d 6 bulan sehingga
ia mulai dapat mengucapkan kata dengan suku kata yang diulang-ulang, seperti:
“ba….ba…, ma..ma….”
- Echolalia
Di tahap ini, yaitu saat bayi
menginjak usia 10 bulan ia mulai meniru suara-suara yang di dengar dari
lingkungannya, serta ia juga akan menggunakan ekspresi wajah atau isyarat
tangan ketika ingin meminta sesuatu.
- True Speech
Bayi mulai dapat berbicara dengan
benar. Saat itu usianya sekitar 18 bulan atau biasa disebut batita. Namun,
pengucapannya belum sempurna seperti orang dewasa.
Perkembangan
bahasa anak dilihat dari pemerolehan bahasa menurut komponen-komponennya,
sebagai berikut :
1.
Perkembangan
Pragmatik
Perkembangan
komunikasi anak sesungguhnya sudah dimulai sejak dini, pertama-tama dari
tangisannya bila bayi merasa tidak nyaman, misalnya karena lapar, popok basah.
Dari sini bayi akan belajar bahwa ia akan mendapat perhatian ibunya atau orang
lain saat ia menangis sehingga kemudian bayi akan menangis bila meminta orang
dewasa melakukan sesuatu buatnya.
–
Pada usia 3 minggu, bayi tersenyum saat ada rangsangan dari luar, misalnya
wajah seseorang, tatapan mata, suara, dan gelitikan. Ini disebut senyum sosial.
–
Pada usia 12 minggu, mulai dengan pola dialog sederhana berupa suara balasan
bila ibunya memberi tanggapan.
–
Pada usia 2 bulan, bayi mulai menanggapi ajakan komunikasi ibunya.
–
Pada usia 5 bulan, bayi mulai meniru gerak gerik orang, mempelajari bentuk
ekspresi wajah.
–
Pada usia 6 bulan, bayi mulai tertarik dengan benda-benda sehinga komunikasi
menjadi komunikasi ibu, bayi, dan benda-benda.
–
Pada usia 7-12 bulan, anak menunjuk sesuatu untuk menyatakan keinginannya.
Gerak-gerik ini akan berkembang disertai dengan bunyi-bunyi tertentu yang mulai
konsisten. Pada masa ini sampai sekitar 18 bulan, peran gerak-gerik lebih
menonjol dengan penggunaan satu suku kata.
–
Pada usia 2 tahun, anak kemudian memasuki tahap sintaksis dengan mampu
merangkai kalimat dua kata, bereaksi terhadap pasangan bicaranya dan masuk
dalam dialog singkat. Anak mulai memperkenalkan atau merubah topik dan mulai
belajar memelihara alur percakapan dan menangkap persepsi pendengar. Perilaku
ibu yang fasilitatif akan membantu anaknya dalam memperkenalkan topik baru.
2.
Perkembangan
Semantik
Karena
faktor lingkungan sangat berperan dalam perkembangan semantik, maka pada umur
6-9 bulan anak telah mengenal orang atau benda yang berada di sekitarnya.
Leksikal dan pemerolehan konsep berkembang pesat pada masa prasekolah. Terdapat
indikasi bahwa anak dengan kosa kata lebih banyak akan lebih popular di
kalangan teman-temannya. Diperkirakan terjadi penambahan lima kata perhari di
usia 1,5 sampai 6 tahun. Pemahaman kata bertambah tanpa pengajaran langsung
orang dewasa. Terjadi strategi pemetaan yang cepat diusia ini sehingga anak
dapat menghubungkan suatu kata dengan rujukannya.
3.
Perkembangan
Sintaksis
Susunan
sintaksis paling awal terlihat pada usia kira-kira 18 bulan walaupun pada
beberapa anak terlihat pada usia 1 tahun bahkan lebih dari 2 tahun. Awalnya
berupa kalimat dua kata. Rangkaian dua kata, berbeda dengan masa “kalimat satu
kata” sebelumnya yang disebut masa holofrastis. Kalimat satu kata bisa
ditafsirkn dengan mempertimbangkan konteks penggunaannya. Hanya
mempertimbangkan arti kata semata-mata tidaklah mungkin kita menangkap makna
dari kalimat satu kata tersebut. Peralihan dari kalimat satu kata menjadi
kalimat yang merupakan rangkaian kata terjadi secara bertahap. Pada waktu
kalimat pertama terbentuk yaitu penggabugan dua kata menjadi kalimat, rangkaian
kata tersebut berada pada jalinan intonasi. Jika kalimat dua kata memberi makna
lebih dari satu maka anak membedakannya dengan menggunakan pola intonasi yang berbeda.
Perkembangan pemerolehan sintaksis meningkat pesat pada waktu anak menjalani
usia 2 tahun dan mencapai puncaknya pada akhir usia 2 tahun.
4.
Perkembangan
Morfologi
Periode
perkembangan ditandai dengan peningkatan panjang ucapan rata-rata yang diukur dalam
morfem. Panjang rata-rata ucapan, mean length of utterance (MLU) adalah alat
prediksi kompleksitas bahasa pada anak yang berbahasa Inggris. MLU sangat erat
berhubungan dengan usia dan merupakan prediktor yang baik untuk perkembangan
bahasa. Dari usia 18 bulan sampai 5 tahun MLU meningkat kira-kira 1,2 morfem
per tahun. Penguasaan morfem mulai terjadi saat anak mulai merangkai kata
sekitar usia 2 tahun. Beberapa sumber yang membahas tentang morfem dalam
kaitannya dengan morfologi semuanya merupakan Bahasa Inggris yang sangat
berbeda dengan Bahasa Indonesia.
5.
Perkembangan
Fonologi
Perkembangan
fonologi melalui proses yang panjang dari dekode bahasa. Sebagian besar
konstruksi morfologi anak akan tergantung pada kemampuannya menerima dan
memproduksi unit fonologi. Selama usia prasekolah, anak tidak hanya menerima
inventaris fonetik dan sistem fonologi tapi juga mengembangkan kemampuan
menentukan bunyi mana yang dipakai untuk membedakan makna.
B.
KEUNIKAN PADA ANAK
Ada
yang cepat berbicara ada pula yang membutuhkan waktu agak lama. Sebaiknya ibu
dapat membantu perkembangannya dengan cara memberikan stimulasi yang
disesuaikan dengan keunikan anak di usia tertentu:
Pada usia bayi 0-2 bulan, sering-seringlah mengajak mereka berkomunikasi pada segala
suasana, pada saat menidurkan, menyusui, memakaikan baju. Berbicaralah dengan
intonasi yang lembut, dan jangan mengabaikan tangisannya, karena itulah cara
mereka berkomunikasi untuk yang pertama kalinya.
Pada usia 2-6 bulan, sering-seringlah mengajak mereka berbicara dengan
menggunakan intonasi yang berbeda-beda, dan juga ekspresi wajah yang
menyenangkan. Ajaklah mereka menyanyikan lagu-lagu yang berirama riang dan
lakukanlah berulang-ulang, dan jangan lupa untuk mengajak mereka bercanda.
Pada usia 6-12 bulan, berbicaralah dengan kata-kata yang sederhana dengan
intonasi dan pengucapan yang jelas, karena kelak mereka akan menirukannya.
Berbicaralah sambil diikuti gerakan, agar mereka lebih mudah memahami arti kata
dan korelasinya. Kenalkan pula mereka dengan berbagai macam suara, suara
binatang, pesawat, mobil, dan lain sebagainya.
Pada usia 12-18 bulan, berikanlah pilihan kepada mereka, tawarkan warna baju yang
ingin dipakai, pilihan makanan yang diinginkan. Jangan lupa untuk mengajak
mereka membaca, bacakan buku cerita sederhana yang mempunyai banyak gambar dan
warna-warna yang cerah.
C.
MAKNA REMAJA
Remaja dalam bahasa aslinya disebut adolescence, berasal
dari bahasa adolescere yang artinya “tumbuh atau tumbuh untuk mencapai
kematangan”. Perkembangan lebih lanjut, istilah adolescence sesungguhnya
memiliki arti mencakup kematangan mental, emosional, sosial, dan fisik
(Hurlock,1991). Pandangan tersebut didukung oleh Piaget (Hurlock,1991) yang
menyatakan bahwa secara psilologis remaja adalah suatu usia di mana anak tidak
merasa berada di bawah tingkat yang lebih tua, melainkan merasa sama atau
paling tidak sejajar.[1][1]
Selain itu, remaja memiliki keunikan-keunikan yang
terletak pada individu-individunya. Tampak jelas bahwa para remaja dari
keluarga sama memperlihatkan perbedaan-perbedaan dalam besar badan,
intelegensi, minat dan sifat sosial. Para remaja dari kelas sosial yang satu
berbeda dengan para remaja dari kelas yang lain dalam sikap dan cita-citanya.
Pendeknya, beberapa keunikan para remaja terletak dalam individualitasnya,
bukan pada masa remajanya.
·
Perkembangan seksual
·
Emosi yang meluap-luap
·
Mulai tertarik kepada lawan jenis
·
Kegelisahan
·
Pertentangan
·
Aktifitas kelompok
·
Keinginan mencoba segala sesuatu
D.
KARAKTERISTIK
PERKEMBANGAN PADA REMAJA
a. Perkembangan fisik
Masa remaja merupakan
salah satu diantara dua masa rentang kehidupan individu dimana terjadi
pertumbuhan fisik yang sangat pesat. Masa pertama terjadi pada fase prenatal
dan bayi. Bagian-bagian tubuh tertentu pada tahun-tahun permulaan kehidupan
secara proporsional terlalu kecil, namun pada masa remaja proporsionalnya
menjadi terlalu besar, karena terlebih dahulu mencapai kematangan dari pada
bagian-bagian yang lain. Hal yang paling jelas terlihat pada hidung, kaki dan
tangan. Pada masa remaja akhir proporsi tubuh individu mencapai proporsi tubuh
orang dewasa dalam semua bagiannya.
b. Perkembangan kognitif (intelektual)
Pada usia 12-20 tahun
proses pertumbuhan otak mencapai kesempurnaan. Pada usia 16 tahun berat otak
sudah menyamai orang dewasa. Pada masa remaja terjadi reorganisasi lingkaran
syaraf Lobe frontal yang berfungsi sebagai kegiatan kognitif tingkat tinggi
yaitu kemampuan merumuskan perencanaan strategis atau mengambil keputusan. Lobe
frontal ini berkembang sampai usia 20 tahun lebih dan sangat berpengaruh pada
kemampuan intelektual remaja,seperti halnya anak usia 12 tahun walaupun
secara intelektual remaja tersebut berbakat namun belum bijaksana.
c. Perkembangan emosi
Pada masa remaja
merupakan puncak emosionalitas yaitu perkembangan emosi yang tinggi. Pertumbuhan
fisik serta organ-organ seksual yang mempengaruhi berkembangnya emosi atau
perasaan dan dorongan-dorongan baru yang dialami sebelumnya seperti perasaan
cinta ,rindu dan keinginan untuk berkenalan lebih intim dengan lawan jenis.
Pada remaja awal perkembangan emosinya menunjukan sifat sensitive dan reaktif
terhadap peristiwa atau situasi sosial, emosinya bersifat negative dan
temperamental. Sedang remaja akhir sudah bias mengendalikan emosinya.
d. Perkembangan Sosial
Pada masa remaja berkembang “social cognition” yaitu
kemampuan untuk memahami orang lain. Remaja memahami orang lain sebagai
individu yang unik ,baik menyangkut sifat-sifat pribadi minat nilai-nilai
maupun perasaannya. Pemahamannya , mendorong remaja untuk menjalin hubungan
sosial yang lebih akrab dengan teman sebaya, baik melalui persahabatan maupun
percintaan. Dalam hubungan persahabatan , remaja memilih teman yang memiliki
kualitas psikologisnya relative sama dengan dirinya, baik menyangkut interes,
sikap, nilai maupun kepribadian. Pada masa ini juga remaja cenderung mengikuti
opini, pendapat, nilai, kebiasaan, hobby dan juga keinginan orang lain.
e. Perkembangan Moral
Pada masa ini muncul
dorongan untuk melakukan perbuatan yang dinilai baik oleh orang lain.
Keberagaman tingkat moral remaja disebabkan karena faktor penentuannya yang
beragam juga. Salah satu yang mempengaruhi adalah orangtua.
f. Perkembangan kepribadian
Sifat-sifat kepribadian mencerminkan perkembangan
fisik, seksual, emosional, sosial, kognitif dan nilai-nilai. Pada masa
remaja paling penting bagi pengembangan dan integrasi kepribadian.
Faktor-faktor dan pengalaman baru yang tampak terjadinya perubahan kepribadian
pada masa meliputi remaja:
a. Perolehan pertumbuhan fisik yang menyerupai masa dewasa.
b. Kematangan seksual yang disertai dengan dorongan-dorongan dan emosi baru.
c. Kesadaran terhadap diri sendiri, keinginan untuk mengarahkan diri dan
mengevaluasi diri kembali tentang
standar (norma), tujuan dan cita-cita.
d. Kebutuhan akan persahabatan yang bersifat heteroseksual ,berteman dengan
pria maupun wanita.
Masa remaja merupakan
saat berkembangnya identity (jati diri). Perkembangan “identity” merupakan isu
sentral pada masa remaja yang memberikan dasar bagi masa dewasa. Erikson meyakini
bahwa perkembangan identity pada masa remaja berkaitan erat dengan komitmen
terhadap okupasi masa depan.
Dalam mengolaborasi
teori Erikson tentang identity remaja , James Marcia dkk. Mengemukan bahwa ada
empat alternative bagi remaja dalam menguji diri dan pilihan-pilihannya yaitu
sebagai berikut.[3][4]
a. Identity Achievement, yang berarti bahwa setelah remaja memahami pilihan
yang realistik , maka dia harus membuat pilihan dan berprilaku sesuai dengan
pilihannya.
b. Identity Foreclosure, menerima pilihan orangtua tanpa
mempertimbangkan pilihannya.
c. Identity Diffusion yang berarti kebingungan tentang siapa dirinya dan mau
apa dalam hidupnya.
d. Moratorium, penundaan dalam komitmen remaja terhadap pilihan-pilihan
aspek pribadi atau okupasi. Dalam hal ini Erikson menyadari bahwa remaja dalam
masyarakat yang kompleks mengalami krisis identitas atau periode moratorium dan
kebingungan yang temporer.
g. Perkembangan kesadaran beragama
Untuk memperoleh kejelasan tentang kesadaran beragama remaja dapat disimak
sebagai berikut:
a) Masa remaja awal (sekitar usia 13-16
tahun)
Pada masa ini
kepercayaan kepada tuhan kadang-kadang sangat kuat ,akan tetapi kadang sangat
berkurang. Hal ini dapat terlihat pada cara beribadah kadang rajin kadang juga
malas. Kegoncangan dalam keberagamaan ini muncul karena disebabkan faktor
internal maupun eksternal.
Faktor internal seperti
matangnya organ seks yang mendorong untuk memenuhi kebutuhan tersebut, namun
disisi lain dilarang oleh agama. Yang lain adalah bersifat psikologis yaitu
sikap independen, keinginan untuk bebas , tidak mau terikat oleh norma keluarga.
Edang berkaitan dengan perkembangan budaya dalam masyarakat, yang tidak jarang
bertentangan dengan nilai-nilai agama seperti beredarnya film-film dan
foto-foto porno, miras, ganja atau obat-obat terlarang.
Apabila kurang mendapat
bimbingan keagamaan dalam keluarga maka dapat menjadi pemicu berkembangnya
sikap dan perilaku remaja yang kurang baik seperti pergaulan bebas,
minum-minuman keras ,menghisap ganja dan menjadi trouble maker dalam
masyarakat.
b) Masa remaja akhir (17-21
tahun)
Secara psikologis ,
masa ini merupakan permulaan masa dewasa , emosinya mulai stabil dan
pemikirannya kritis. Dalam kehidupan beragama, remaja sudah mulai melibatkan
diri kedalam kegiatan-kegiata keberagamaan dan dapat membedakan agama sebagai
ajaran dengan manusia sebagai penganutnya diantaranya ada yang shalih dan
tidak.
BAB III
PENUTUP
A.
KESIMPULAN
Remaja dalam bahasa aslinya disebut adolescence,
berasal dari bahasa adolescere yang artinya “tumbuh atau tumbuh
untuk mencapai kematangan”. Sedangkan Pandangan Piaget dalam bukunya Sitti
Hartinah yang menyatakan bahwa secara psilologis remaja adalah suatu usia di
mana anak tidak merasa berada di bawah tingjat yang lebih tua, melainkan merasa
sama atau paling tidak sejajar.
Perkembangan-perkembangan
yang dialami pada masa remaja, antara lain: perkembangan fisik, perkembangan
kognitif, perkembangan emosi, perkembangan sosial, perkembangan moral,
perkembangan kepribadian, dan perkembangan kesadaran beragama.
B.
SARAN
Bahwa setiap
orang itu mempunyai karakteristik yang berbeda-beda dan mempunyai keunikan
tersendiri. Oleh karena itu setiap perkembangan anak dari mulai kecil hingga
dewasa harus diperhatikan.
DAFTAR PUSTAKA
Ali,
Muhammad. 2005. Psikologi Remaja.Bandung : Bumi Aksara.
Hurlock, Elizabeth B. 1980. Psikologi Perkembangan.
Jakarta : Erlangga.
Mappiare. 1984. Psikologi Orang Dewasa.
Surabaya : Usaha Nasional.
Hartinah,
Sitti. 2008. Pengembangan peserta didik,Bandung:PT Refika Aditama.
Yusuf, Syamsu. 2007 Psikologi Perkembagan Anak dan
Remaja. Bandung : PT. Remaja Rosdakarya.
No comments:
Post a Comment
mari berkomentar agar artikel atau yang lain selalu lebih baik