Muhammad Thoyyibul Azhar: PENDIDIKAN ISLAM MASA PERTUMBUHAN, Pusat-pusat pendidikan islam, Pengajaran Al-qur’an Masa PertumbuhanPengajaran Al-qur’an Masa Pertumbuhan

Translate

Friday, 8 March 2019

PENDIDIKAN ISLAM MASA PERTUMBUHAN, Pusat-pusat pendidikan islam, Pengajaran Al-qur’an Masa PertumbuhanPengajaran Al-qur’an Masa Pertumbuhan



BAB I
PENDAHULUAN

A.    LATAR BELAKANG
Agama islam adalah satu-satunya agama yang hak, yang benar di sisi Allah SWT. Agama islam adalah agama Allah yang diwahyukan kepada para utusanNya lewat perantara malaikat jibril.
Agama islam yang kandungan ajarannya sangat sempurna itu ditegakkan dalam tiang penyangga utama. Agama islam diturunkan kepada umat manusia tiada tujuan lain kecuali untuk menuntun dan memberi pedoman hidup, baik untuk perseorangan maupun bermasyarakat, hingga mereka terbebas dari rasa kegelapan batin.
Al-qur’an merupakan kitab suci yang sempurna di muka bumi ini,Al-qur’an adalah penyempurna kitab-kitab terdahulu, dan digunakn sebagai pedoman hidup umat manusia terutama kaum muslim, dan al-hadist sebagai sunnahnya.

B.     RUMUSAN MASALAH
Adapun Rumusan masalah dalam makalah ini antara lain :
1.      Bagaimanakah pendidikan islam pada masa pertumbuhan ?
2.      Masalah-masalah apa yang timbul dalam pengajaran AL-Qur’an ?

C.    TUJUAN
Adapun tujuan kami dalam penulisan makalh ini adalah
1.      Sebagai salah satu tugas presentasi mata kuliah sejarah pendidikan islam semester IIB prodi PAI.
2.      Menambah ilmu pengetahuan tentang sejarah pendidikan islam
3.      Bertukar pendapat sejarah pendidikan islam







BAB II
PEMBAHASAN

A.    PENDAHULUAN
khalifah yang empat ( khulafa’ur rasyidin ; Abu bakar, umar, utsman, dan Ali ) ( 632-661 M) dan berkelanjutan hingga akhir kekuasaan bani umayyah ( 661-750 M ), yang diwarnai dengan berkembangnya ilmu-ilmu naqliah.
Masa pemerintahan khalifah Abu Bakar adalah dua tahun ( 11-13 H ) ( 632-634 M ), Umar bin khathtab memerintah selama 10 tahun ( 13-23 H ) ( 634-644 M ), Utsman bin affan memerintah selama 12 tahun ( 23-35 H ) ( 644-655 M ). Ketiganya menjadikan madinah sebagai pusat pemerintahan. Selanjutnya Ali bin Abi Thalib memerintah selama 6 tahun ( 35-40 H ) ( 655-660 M ) dengan pusat pemerintahan dipindah ke kufah. Kedudukan Ali sebagai khalifah kemudian digantikan oleh putranya yang bernama Hasan bin Ali selama beberapa bulan, namun untuk menghindari pertumpahan darah diantara kaum muslimin agar tidak berkelanjutan maka ia serahkan semua kekuasaan kepada Muawiyah pada tahun 41 H/661 M sehingga tahun ini dikenal dengan ‘am al-jama’ah. Maka terbuktilah yang disabdakan Rasulullah  kepada Hasan bin Ali berikut “ Sesungguhnya cucuku ini adalah seorang pemimpin, kelak Allah akan menjadikannya sebagai orang yang menyatukan dua kelompok besar di dalam tubuh umat islam “  ( HR.Amad,Bukhari, Abu Dawud, Tirmidzi, dan Nasai ).
Kekuasaan Bani umayyah berumur kurang dari 90 tahun. Ibu kota negara dipindahkan Muawiyah ke syam ( Damaskus).sedang pendiri dinasti umayyah di Andalusia ( spanyol ) adalah Abdurrahman bin Muawiyah bin Hisyam bin Abdul Malik dengan pusat pemerintahan di qurthubah atau cordova  ( kordoba ) spanyol.
Wilayah kekuasaan islam pada awal pemerintahan khalifah Abu Bakar Ash-shiddiq masih di jasirah Arab dan pengembangan kekuasaan belum terlihat karena belia beliau masih diprioritaskan menumpas gerakan para nabi palsu sepeninggal Rasulullah. Seperti Tulayhah dan musailamah. Mereka beranggapan bahwa wafatnya Rasulullah tidak ada lagi keterikatan dengan islam. Mereka tidak mau  mengimani lagi kerasulan Muhammad. Ditandinginya dengan megangkat dirinya sebagai nabi. Oleh karena itu, mereka juga tidak mau lagi membayar zakat dan tidak mau menaati syariat islam lainnya.
Untuk menjawab tantangan ini, ditugaskanlah khalid bin walid untuk menumpas gerakan nabi palsu Tulayhah,. Walaupun lari ke syria, Tulayhah tetap dikejar sampai ia mencabut pernyataan kenabiannya dan bersedia membayar zakat kembali.
Pengejaran terhadap nabi palsu Musailamah, dipimpin oleh khalid bin walid dengan bantuan wahsyi, tombaknya berhasil menumpas musailamah. Dan dalam perang uhud, wahsyi masih memihak kafir Quraisy Mekkah. Saat itu tombaknya diarahkan pada paman Rasulullah yaitu hamzah hingga gugur. Dan setelah masuk Islam tombaknya digunakan untuk membinasakan musailamah.

B.     PENDIDIKAN ISLAM MASA PERTUMBUHAN
Pendidikan islam pada masa pertumbuhan dan perkembangannya, juga pada masa-masa berikutnya, mempunyai dua sasaran , yaitu pertama  generasi muda dan masyarakat bangsa lain yang belum menerima ajaran islam. kedua yaitu penyampaian ajaran islam dan usaha internalisasinya dalam masyarakat bangsa yang baru menerimanya yang dalam islam lazim disebut sebagai dakwah islami. Sedangkan dalam artinya yang pertama, yaitu pewarisan ajaran islam kepada generasi penerus disbut sebagai pendidikan islam.
Setiap pasukan kaum muslimin menguasai suatu daerah , sebagian sahabat mendapat tugas untuk menyampaikan ajaran islam kepada penduduk . dan mereka menjadi pihak yang  berperan sebagai pendidik dan guru-guru agama,sehingga timbul sebagai pusat-pusat pendidikan islam diluar madinah, dengan sahabat-sahabat terkenal sebagai gurunya.

1.      Pusat-pusat pendidikan islam
Meluasnya daerah kekuasaan islam dibarengi dengan usaha penyampaian ajaran islam kepada penduduknya oleh para sahabat, baik yang ikut sebagai anggota pasukan maupun kemudian yang dikirim oleh khalifah dengan tugas khusus mengajar dan mendidik. Dan diluar madinah, berdirilah pusat-pusat pendidikan dibawah pengurusan para sahabat yang kemudian dikembangkan oleh para penggantinya ( tabi’in ) dan seterusnya.
Madrasah- madrasah yang terkenal pada masa pertumbuhan diantaranya adalah :
a.    Madrasah Mekah
Guru pertama yang mengajar dimekah adalah Mu’adz bin jabal. Dialah orang yang mengajarkan Al-qur’an , hukum halal dan haram dalam islam.
b.   Madrasah madinah
Madrasah madinah ini lebih termasyhur, karena disanalah tempat khalifah Abu Bakar , Umar dan Utsman, dan disana pula banyak tinggal sahabat-sahabat nabi. Diantara sahabat yang mengajar di madrasah madinah ini adalah umar bin khatab , Ali bin abi thalib, zaid bin tsabit dan abdullah bin umar. Zaid bin tsabit adalah seorang ahli qira’at dan fikih, dan beliaulah yang mendapat tugas menulis kembali Al-qur’an baik di zaman Abu bakar maupun di zaman ustman bin Affan.sedangkan Abdullah bin Umar adalah seorang ahli Hadist.setelah ulama-ulama sahabat wafat, digantikan oleh murid-muridnya.
c.    Madrasah Basrah
Ulama sahabat yang terkenal di Basrah ini adalah Abu Musa Al-Asyari dan Anas bin malik. Abu musa terkenal sebagai ahli fiqh, hadist dan ilmu Al-qur’an, sedangkan Anas bin malik termasyhur dalam ilmu hadist. Setelah ulama-ulama sahabat wafat, digantikan oleh murid-muridnya ( tabi’in ).
d.   Madrasah rujah
Ulama sahabat yang tinggal di kufah ialah Ali bin Abi thalib dan Abdullah bin mas’ud. Ali bin abi thalib mengurus masalah politik dan urusan pemerintahan, dan ibnu mas’ud sebagai guru agama dan utusan resmi khalifah umar untuk mengajar di kufah. Beliau adalah seorang ahli tafsir, ahli fiqh dan banyak meriwayatnya hadist-hadist nabi.
e.    Madrasah damsyiq
Setelah negeri syam ( syria ) menjadi bagian negara islam dan penduduknya banyak yang memeluk agama islam, maka khalifah umar bin khaththab mengirimkan tiga orang guru agama ke negeri syria yaitu: Muadz bin jabal, Ubadah dan Abu Darda, dan ketiganya mengajar ditempat-tempat  yang berbeda.yaitu Muadz bin jabal di palestina, Ubadah di Hims, dan Abu darda di Damsyiq.dan akhirnya mereka di gantikan oleh murid-muridnya ( tabi’in ). Akhirnya madrasah ini melahirkan imam penduduk syam yaitu Abdurrahman Al-Auza’i yang sederajat ilmunya dengan imam malik dan imam abu hanifah.
f.     Madrasah fistat ( Mesir )
Sahabat yang mendirikan madrasah dan menjadi guru di mesir adalah Abdullah bin Al-Ash dan beliau adalah seorang ahli hadist. Ia tidak hanya menghafal hadist-hadist yang di dengarnya dari Nabi Muhammad SAW, melainkan menuliskannya dalam catatan, sehingga dia tidak lupa atau khilaf.
2.    Pengajaran Al-qur’an Masa Pertumbuhan
Masalah yang dihadapi para sahabat dalam pengajaran Al-qur’an adalah bahwa Al-qur’an secara lengkap dan sempurna masih ada dalam hafalan umumnya para sahabat, dan belum terkumpul dalam satu mushaf sebagai mana sekarang. Yaitu masih dalam bentuk tulisan-tulisan yang berserakan yang ditulis oleh para sahabat yang pandai menulis atas perintah Nabi Muhammad SAW selama proses penurunan Al-qur’an.
Dengan meninggalnya sebagian sahabat yang hafal Al-qur,an , berarti semakin berkurangnya nara sumber. Kwatir akan hal itu Umar lalu membicarakannya dengan khalifah Abu Bakar, dan terjadilah dialog sebagai berikut :
Umar berkata kepada Abu Bakar , “ dalam peperangan yamamah para sahabata yang hafal AL-Qur’an telah banyak yang gugur, saya kwatir akan gugurnya para sahabat yang lain dalam peperangan selanjutnya sehingga ayat-ayat Al-Qur’an itu perlu dikumpulkan.”
Dan ia berulang kali memberikan alasan-alasan kebaikan pengumpulan AL-Qur’an ini , sehingga Allah membukakan hati Abu Bakar untuk menerima pendapat umar itu. Dan kemudian Abu Bakar memanggil zaid bin tsabit dan berkata kepadanya, “ umar ini mengajakku mengumpulkan AL-Qur’an.” Lalu diceritakannya segala pembicaraan yang terjadi antara dia dengan umar.
Abu bakar mengataknan kepada zaid bahwa dialah orang yang dipercaya dan pemuda yang cerdas dan dialah seorang penulis wahyu yang selalu disuruh rasulullah, tetapi zaid merasa kerjaan itu sangatlah berat dia lebih memilih memindahkan bukit dibanding mengumpulkan AL-Qur’an yang diperintahkan Abu Bakar.
Zaid yang tadinya menolak karena hal itu tidak pernah diperbuat oleh nabi Muhammad akhirnya karena alasan-alasan kebaikan mengumpulkan ayat-ayat AL-Qur’an sehingga membukakan pintu hati zaid. Dan kemudaia dia mengumpulkan ayat-ayat AL-Qur’an dari pelepah kurma, daun-daun batu, tanah keras, tulang unta atau kambing dan dari sahabat-sahabat yang hafal AL-Qur,an.
Dalam usaha pengumpulan ayat-ayat AL-Qur’an itu zaid bin tsabit bekerja sangat hati-hati dan teliti. Walaupun ia hafal sepenuhnya seluruh ayat-ayat AL-Qur’an tetapi ia masih memandang dan perlu mencocokkan kembali hafalannya dengan hafalan para sahabat yang lain. Dalam hal ini ia dibantu oleh beberapa orang sahabat  lainnya yang hafal AL-Qur’an, yaitu Ubay bin ka’ab, Ali bin Abi thalib dan Utsman bin Affan. Setelah terkumpul dan tersusun menurut susunan dan urutan sebagaiman yang ada dalam hafalan mereka dan kemudian dituliskan kembali dalam lembaran-lembaran yang seragam , dan diikat dalam satu mushaf. Setelah selesai lalu diserahkan kepada Abu Bakar dan setelah beliau wafat, naskah tersebut diserahkan kepada Umar dsn ketika umar wafat, naskah tersebut disimpan oleh Hafshah binti umar.
Pada waktu itu pengajaran AL-Qur’an pada mereka yang baru masuk islam masih berlangsung secara hafalan. Para sahabat membacakan ayat-ayat AL-Qur’an untuk kemudian dihafalkan oleh mereka yang belajar. Dan para sahabat juga menjelaskan seperlunya tentang arti dari ayat-ayat tersebut.
Ada problema yang muncul dalam pengajaran AL-Qur’an, adalah masalah pembacaan ( qira’at ). Al-qur,an adalah bacaan dalam bahasa Arab, jadi mereka yang tidak berbahasa Arab harus menyesuaikan lidahnya dengan lidah orang Arab.
Problematika qira’at tersebut semakin nampak setelah terjadi komunikasi antara kaum muslimin dari satu daerah dengan daerah lainnya, yang mendapat pelajaran AL-Qur’an dari para sahabat-sahabat nabi yang lainnya. Para sahabat tersebut mengajarkan AL-Qur’an menurut bacaan ( Qira’at )dengan dialek (lahjah) masing-masing. Penggunaan lahjah yang berbeda ini tidak menjadi masalah dalam lingkungan kaum muslimin yang berbahasa Arab. Tetapi setelah AL-Qur’an diterima dan dihafal kaum muslimin yang tidak berbahasa Arab, maka kaum muslimin dari satu daerah yang diajar dengan menggunakan satu dialek, akan merasa asing dengan bacaan AL-Qur’an kaum muslimin yang berasal dari daerah lainnya yang menggunakan dialek yang berbeda, yang tentunya akan membingungkan mereka. Dan kemudian timbul bahwa bacaan mereka yang benar dan bacaanyang lainnya salah. Dan mereka saling mempertahankan pendapat mereka masing-masing tentang kebenaran dalam membaca AL-Qur’an.
Sahabat yang memperhatikan adanya pertikaian umat islam dalam hal pembacaan ayat AL-Qur’an mula-mula adalah Hudzaifah bin yaman, sewaktu ia ikut dalam pertempuran di Armenia dan Azerbaijan. Selama dalam perjalanannya, ia mendengar pertikaian antara kaum muslimin tentang bacaan AL-Qur’an. Setelah kembali ke madinah, hudzaifah segera menemui khalifah utsman, dan mengusulkan agar khalifah segera mengatasi perselisihan diantara umat islam dalam hal pembacaan AL-Qur’an tersebut.
Khalifah utsman meminjam naskah atau lembaran-lembaran AL-Qur’an untuk ditulis kembali oleh panitia yang sengaja ditunjuk olehnya. Panitia tersebut diketuai oleh zaid bin tsabit ( penulis mushaf pada masa Abu bakar juga penulis ayat-ayat AL-Qur’an pada masa Nabi ).
Dalam tugas menuliskan AL-Qur,an tersebut , utsman menasihatkan kepada panitia untuk : (1 ) mengambil pedoman kepada bacaan meeka yang hafal AL-Qur’an, (2) kalau ada pertikaian antara mereka tentang bacaan tersebut, maka haruslah dituliskan menurut dialek suku Quraisy, sebab AL-Qur’an itu diturunkan menurut dialek mereka.
AL-Qur’an yang telah dibukukan itu di namai Al-Mushaf, dan oleh panitia dibuat 5 (lima ) buah mushaf. Kemudian dikirimkan oleh khalifah masing-masing ke mekkah, syria, Bashrah dan kufa. Khalifah utsman memerintahkan agar catatan-catatan yang ada sebelumnya dibakar, dan supaya umat islam berpegang kepada mushaf yang lima itu. Baik dalam bacaan maupun penyalin berikut.
Sejak itulah pengajaran AL-Qur’an secara berangsur-angsur menjadi satu sebagaiman yang tertulis dalam mushaf, danselainnya ditetapkan tidak sah dan akhirnya ditinggalkan.
Guru AL-Qur’an telah mengusahakan untuk memudahkan pengajaran AL-Qur’an bagi kaum muslimin yang tidak berbahasa Arab, antara lain yaitu :
a.       Mengembangkan cara membaca AL-Qur’an dengan baik yang kemudian melahirkan ilmu tajwid AL-Qur’an.
b.      Meneliti cara pembacaan AL-Qur’an ( qira’at ) yang telah berkembang pada masa itu, mana-mana yang sah yang sesuai dengan mushaf dan mana-mana yang tidak sah.
c.       Memberikan tanda-tanda baca dalam tulisan mushaf sehingga menjadi mudah dibaca bagi mereka yang baru belajar membaca AL-Qur’an.
d.      Memberikan penjelasan tentang maksud dan pengertian yang dikandung oleh ayat-ayat AL-Qur’an yang di ajarkan yang kemudian menjadi ilmu tafsir.
Pengajaran bahasa Arab, dengan kaidah-kaidahnya, selalu menyertai pengajaran AL-Qur’an kepada kaum muslimin non-Arab, dengan tujuan agar mereka mudah membaca dan kemudian mudah memahami AL-Qur’an yang mereka pelajari.
Dalam berijtihad, kemudian berkembang dua pola. Ahlul Hadist dalam memberikan ketetapan hukum sangat bergantung pada hadist-hadist Rasulullah. Pola yang kedua adalah pola yang dikembangka oleh Ahlur Ra’yi, mereka ini karena keterbatasan hadist  yang sampai pada mereka dan terdapatnya banyak hadist-hadist palsu, hanya menerima hadist-hadist yang shahih saja.





















 BAB III
PENUTUP

A.    KESIMPULAN
Dari uraian diatas dapat kami simpulkan bahwa :
Wilayah kekuasaan islam pada awal pemerintahan khalifah Abu Bakar Ash-shiddiq masih di jazirah Arab dan pengembangan kekuasaan belum terlihat karean beliau masih memprioritaskan penumpasan gerakan para nabi palsu.
Pendidikan islam pada masa pertumbuhan dan perkembangannya mempunyai dua sasaran, yaitu generasi muda  dan sasara kedua yaitu penyampaian ajaran islam dalam usaha internalisasinya dalam masyarakat bangsa yang baru menerimanya.
Problema pertama yang dihadapi para sahabat dalam pengajaran Al-qur’an adalah bahwa Al-qur’an secara lengkap pada umumnya masih dalam hafalan para sahabat.

B.     SARAN
Agama islam adalah agama yang paling sempurna di muka bumi ini,dan agama islam mempunyai kitab suci yaitu Al-Qur’an. Dan barang siapa membacanya adalah ibadah,maka umat islam di dunia  harus berpedoman pada Al-qur’an dan hadist( yang sebagai  sunahnya ).








 



DAFTAR PUSTAKA


Mahmud yunus, sejarah pendidikan di indonesia, jakarta : Mutiara sumber widya, 1992.
Zuhairini, dkk, sejarah pendidikan islam, jakarta : Bumi Aksara, 1997.



No comments:

Post a Comment

mari berkomentar agar artikel atau yang lain selalu lebih baik

PIDATO AQIQOH BAHASA JAWA

PIDATO AQIQOH BAHASA JAWA Assalamu’alaikum wr.wb Bismillahirrahmanirrahim…. Engkang kaulo hormati hadirin engkang rawuh wont...